Perekonomian global di awal tahun 2014 telah menunjukkan pergerakan ke arah keseimbangan baru, menuju tanda-tanda perbaikan, dan diperkirakan akan terus membentuk konfigurasi yang semakin solid dan kondusif bagi pertumbuhan ekonomi kawasan, ditandai dengan pemulihan ekonomi di kawasan Eropa, Amerika Serikat, Jepang, serta China, dan India.
Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global 2014 akan mencapai 3,2 persen (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan dengan estimasi pada bulan Juni 2013 yaitu tiga persen (yoy), dan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan selama tahun 2013 sebesar 2,4 persen. Ekonomi
negara berkembang juga diproyeksi tumbuh sekitar 5,3 persen tahun ini
atau meningkat dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 4,8 persen.
Pertumbuhan
ekonomi AS itu terlihat dari indeks manufakturing wilayah New York
pada bulan Januari 2014 yang mencapai 12,5 atau lebih tinggi
dibandingkan estimasi konsensus yang sebesar 3,5. Pertumbuhan ekonomi negara-negara maju juga diperkirakan
menguat 20 basis poin dari proyeksi sebelumnya 2 persen ke level 2.2
persen pada tahun 2014. Penguatan ini didorong oleh bergairahnya ekonomi
Amerika yang menguasai 20 persen perekonomian dunia.
Perekonomian
Amerika diproyeksikan dapat tumbuh 2.8 persen tahun ini atau meningkat
dari dari 1,8 persen tahun lalu. Sedangkan zona Euro diperkirakan
menguat 0,2 persen dari
perkiraan sebelumnya (0.9) menjadi 1,1 persen di tahun 2014. Penguatan
kawasan ini dipicu oleh tumbuhnya sektor industri khsusunya di negara seperti Jerman, Perancis, juga Inggris.
Kegiatan ekonomi dunia yang membaik juga terlihat dari volume perdagangan dunia yang diprakirakan akan terus meningkat. Harga komoditas global yang menurun pada tahun 2013 diperkirakan bangkit tahun ini, sehingga akan berdampak positif terhadap ekspor.
Perbaikan ekonomi negara maju dapat membuka peluang bagi pertumbuhan industri manufaktur berbasis non-sumber daya alam. Peluang itu didasarkan keterkaitan ke belakang (backward linkage) dan keterkaitan ke depan (forward linkage) dalam proses bisnis industri manufaktur.
Membaiknya perekonomian global sejatinya merupakan momentum bagi Indonesia untuk dapat terus menjaga pertumbuhan ekonomi domestik, kegiatan ekonomi dunia yang terus membaik akan mampu meningkatkan volume perdagangan dunia.
Disamping itu harga komoditas global yang menurun 2013 diperkirakan rebound pada tahun 2014, hal ini menjadi peluang untuk dapat dimanfaatkan dimanfaatkan Indonesia, yang tentunya akan membawa dampak positip terhadap ekspor Indonesia.
Masih
kuatnya permintaan domestik dan berkembangnya investasi tetap menjadi
tumpuan utama pertumbuhan ekonomi, apalagi dapat diikuti dengan
perbaikan kinerja ekspor seiiring dengan meningkatnya permintaan dunia.
Trend Neraca perdagangan Desember 2013 mengindikasikan mulai terjadinya perbaikan neraca transaksi berjalan , Indonesia mengalami surplus cukup besar hingga 1,52 miliar dollar AS, melebihi perkiraan. Surplus perdagangan Desember merupakan yang tertinggi sejak November 2011.
Namun harus diakui tampaknya kita perlu lebih bekerja lebih keras lagi dalam menekan besarnya impor impor minyak mentah yang mencapai 10,2 miliar dollar AS dan impor hasil minyak mencapai 4,2 miliar dollar AS di tahun 2013 lalu.
Menjaga Daya Tahan Ekonomi
Setelah berhasil melewati masa-masa sulit 2013, fundamental ekonomi Indonesia semakin menunjukkan resiliensi. Kondisi ini seyognyanya dapat menjadi modal dasar dalam menapaki ekonomi 2014.
Kokohnya fundamental ekonomi Indonesia ditunjukkan dengan capaian pertumbuhan ekonomi 2013 di kisaran 5,7 %, PDB nominal pada 2013 mencapai lebih dari 946 miliar dollar AS. Rasio defisit fiskal terhadap PDB juga tetap terjaga sehat dibawah 3 %. Realisasi investasi melampui Rp. 390 triliun, cadangan devisa juga semakin menguat dan mencapai 99,4 milia dollar AS.
Dalam
menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tengah perubahan konfigurasi
ekonomi global seyogyanya dapat terus dipacu pengembangan investasi, dengan menciptakan iklim investasi yang kondusif merupakan suatu keniscayaan dalam menjaga pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Kita patut bersyukur, berbagai fundamental ekonomi dapat terus kita upayakan sejalan dengan visi pemerintah menggapai pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Berbagai bauran kebijakan kondusif telah diambil, antara lain melalui ”empat paket” kebijakan dan 17 paket kebijakan guna meningkatkan kemudahan berusaha.
Paket kebijakan proinvestasi diharapkan dapat semakin meningkatkan iklim dunia usaha di Indonesia. Membaiknya iklim dunia usaha sangat
dibutuhkan guna mendukung penguatan ketahanan ekonomi domestik.
Penyerapan angkatan kerja, penguatan pendapatan pajak, hilirisasi baik
untuk substitusi-impor maupun export-oriented.
Peluang Indonesia perlu dikelola secara baik dengan semangat optimistis bahwa pembangunan ekonomi Indonesia akan tetap menguat bersamaan dengan sinyal positif lainnya. Peluang ini tidaklah berlebihan mendasarkan hasil survei Global Consumer Confidence Index yang dilakukan lembaga riset Nielsen, menempatkan Indonesia sebagai pasar paling optimistis di kuartal keempat 2013.
Indonesia
juga tercatat mempunyai indeks kepercayaan konsumen tertinggi secara
global yaitu 124 pada kuartal keempat 2013 naik empat poin dari kuartal
sebelumnya yang diikuti Filipina dan Thailand dengan indeks 114 dan 109. Begitu
juga di sektor usaha, laporan Bank Dunia terkait kemudahan berusaha
(Doing Business 2014) menaikkan peringkat investasi Indonesia ke
peringkat 120 (naik dari peringkat 128 tahun sebelumnya).
Dengan berbekal berbagai modal dasar tersebut serta peluang yang ada hendaknya dapat menjadi katalisator peningkatan pertumbuhan ekonomi, yang mendapatkan perhatian yang tinggi dari Presiden RI, dimana dalam Sidang Kabinet 16/1/2014, telah pula menetapkan 6 (enam) langkah yang akan dilakukan pemerintah untuk menjaga pertumbuhan sambil menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi. Pertama, yang terkait dengan APBN, pemerintah akan menjaga kualitas belanja negara sehingga dapat menstimulasi pertumbuhan ekonomi, Kedua, menjaga daya beli masyarakat dengan menjaga laju inflasi. Ketiga, kebijakan mendorong pertumbuhan investasi. Keempat,
peningkatan daya saing terutama produk ekspor non migas melalui
diversifikasi pasar tujuan ekspor dengan meningkatkan keberagaman dan
kualitas produk. Kelima,
mengendalikan impor produk-produk yang berpotensi menurunkan daya saing
produk domestik di pasar dalam negeri sambil memperluas pasar domestik
kita. Kenam, adalah
penguatan perdagangan dalam negeri, ini juga bagian yang sangat penting
untuk menjaga kestabilan harga, kelancaran barang serta menciptakan
iklim usaha.
Peluang yang harus dioptimalkan nilai tambahnya
Indonesia
memiliki modal berupa sumber daya alam (SDA) yang sangat besar untuk
menopang pertumbuhan ekonomi 2014, terutama bahan mineral, batubara,
kelapa sawit, karet, dan coklat, industrialisasi dalam bentuk hilirisasi
industri perlu terus dipercepat penyebarannya, agar produk-produk ekspor yang dihasilkan memiliki nilai tambah tinggi dan juga dapat membantu penyerapan tenaga kerja.
Pertumbuhan
yang berkelanjutan, harus didukung dengan meningkatnya produktifitas
yang ditunjang oleh peningkatan kualitas sumber daya manusia dan
pengelolaan sumber daya alam yang baik untuk penciptaan nilai tambah
tinggi di dalam negeri.
Pelarangan ekspor bijih mineral (ore)
diikuti kewajiban bagi perusahaan pertambangan untuk mengolah
setinggi-tingginya ore untuk mendapatkan nilai tambah ekonomi,
seyogyanya dapat dijadikan momentum kebangkitan berbagai industri olahan
di Indonesia.
Larangan
ekspor bahan mineral yang diberlakukan pemerintah mulai 12 Januari
2014, diyakini akan menyedot banyak investasi di sektor industri
pemurnian dan pengolahan mineral (smelter), selain menghasilkan produk olahan logam bernilai tambah tinggi.
Proses
transformasi industrialisasi secara gradual ke arah industri berbasis
nilai tambah tinggi seyogyanya menjadi prioritas dalam mendukung
pertumbuhan yang inklusif sehingga kemajuan ekonomi juga dinikmati oleh
kelompok masyarakat berpendapatan rendah guna mengatasi persoalan
ketimpangan pendapatan.
Sejalan
dengan hal tersebut di atas, tentunya menjadi suatu kebutuhan mendesak
menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi berkembangnya industri
pengolahan di berbagai daerah, pemerintah daerah dapat terus mengupayakan berbagai kemudahan dalam koridor aturan yang ada, guna mendukung berkembangnya investasi yang berkualitas , utamanya yang mengarah kepada investasi ke sektor tradable seperti pertanian, pertambangan, penggalian dan industri manufaktur, sehingga dapat berperan dalam memperbaiki neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalan.
Dalam memperbaiki neraca perdagangan perlu langkah-langkah terobosan dan kerja keras dalam membuka diversifikasi pasar, ke
pasar ekspor nontradisional (Afrika, Timur Tengah, Amerika Latin, dan
Asia), kegiatan misi dagang perlu terus ditingkatkan, dan tak kalah
pentingnya, berbagai komponen masyarakat harus terus bersatupadu
menyukseskan upaya mengurangi konsumsi BBM, Jika subsidi BBM dikurangi,
pemerintah akan memiliki ruang fiskal yang cukup untuk melakukan
stimulus perekonomian.
Ketergantungan akan importasi pangan perlu terus ditekan dengan meningkatkan kemandirian pangan, memacu produksi dan produktivitas serta memasifkan kampanye konsumsi pangan lokal guna membantu para petani agar tetap bergairah meningkatkan produksi, dengan semakin tingginya demand akan pangan lokal.
Pentingnya
penyelarasan dan perbaikan kebijakan di sektor pertanian pangan
merupakan entry point dalam menciptakan kemandirian pangan melawan
importasi pangan yang dapat mengancam defisit neraca perdagngan.
Keselarasan kebijakan diperlukan dari pemerintah pusat hingga daerah.
Tanpa itu diyakini persoalan-persoalan di pertanian sulit diatasi, harus
ada sinergi dari para pemangku kepentingan untuk dapat membangun
penguatan sektor pangan nasional.
Dari sisi penyerapan ABPN 2014 perlu terus diupayakan efektifitas penyerapan dan percepatannya, khususnya realisasi belanja modal yang menjadi multiply effect dalam
menggenjot perekonomian, sebagaimana kita ketahui pemerintah telah
meningkatkan anggaran belanja modal dan pembangunan infrastruktur,
keterlibatan BUMN dan Swasta untuk bekerja sama dengan pemerintah dalam
penyediaan infrastruktur melalui konsep public private partnership (PPP) perlu terus diperluas dan ditingkatkan, guna menopang pertumbuhan ekonomi.
Hal lain yang perlu mendapatkan perhatian ekstra adalah dukungan dalam percepatan pembangunan infrastruktur untuk mendorong konektivitas dan daya saing logistik nasional serta penguatan sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), utamanya dalam fasilitasi meningkatkan daya saing, kapasitas, cakupan, dan akses permodalan.
Dengan kesatupaduan langkah pada tataran praksis serta membangun sinergitas dalam mengatasi tantangan-tantangan pembangunan ekonomi, kita yakin dan percaya, melewati tahun 2014, ekonomi Indonesia akan tetap tumbuh berkeadilan, menyerap tenaga kerja dan semakin meningkatkan kesejahteraan rakyat. Semoga.